Tambo Dan Sejarah Minangkabau

02.34 Diposting oleh Minangkabau


Dari bermacam Tambo yang tersedia dan pernah diterbitkan sebagai sumber sejarah minangkabau, oleh kaum cerdik cendekia di Minangkabau, ternyata kita memperoleh beragam Tambo yang isinya dan cara penyampaiannya tidak sama. Bagi penulis, penganalisaan Sejarah Terpusat dan Sejarah Tersebar Sebagai Upaya Merajut Sejarah Keminangkabauan, yang dilakukan oleh Sdr. Zulfadli sangat layak untuk ditampilkan dalam blog bundokanduang ini.

Analisa Sejarah Terpusat dan Analisa Sejarah Tersebar, Merupakan Sub kajian dari sejarah politik mengenai cara pandang terhadap sumber sejarah. Sejarah, hikayat, riwayat, atau tambo dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Sedangkan Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara/kerajaan. Disini Padusi ingin menegaskan, bahwa penulisan sejarah, riwayat dan asal usul suatu etnis dan bangsa – tidak dapat dihindari dari pengaruh politik masa itu.

Analisa Sejarah Terpusat

Seperti kita ketahui bahwa menurut ilmu antrolpologi, migrasi bangsa yang selanjutnya mendiami kepulauan Indonesia, terbagi dalam dua kali eksodus: Yang pertama disebut migrasi kelompok Melayu Tua (deutro melayu), yang mendiami wilayah- wilayah pedalaman. Kelompok ini merupakan splendid isolation yang senang berkurung diwilayah pegunungan, menolak segala kontak dengan orang yang datang dari luar. Hal ini akan berbeda dengan kedatangan Melayu Muda (proto Malayan). Cari Info : Melayu muda dan kebudayaan apa yang dibuat.

Cara penganalisaan sejarah terpusat, diawali dengan menentukan sentral cerita dari suatu sumber berita yang akan dikaji. Misalnya : India Centris, Yunani-Kuno Centris, Tambo Centris, Alexander Agung Centris, Riau Centris, Jambi Centris, Kerinci Centris, Sriwijaya Centris, Majapahit Centris dan atau Melayu Centris).

Penganalisaan ini akan memusatkan setting cerita dan mengkompilasi sejarah dengan bukti-bukti yang bersesuaian dengan sentralnya, misal : Masa kejayaan dan sejarah majapahit dengan masa kejayaan dan sejarah kerajaan ssriwijaya. Dengan cara mencocok cocokkan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita, itu maka kita dapat menemukan peristiwa apa saja yang terjadi pada masa itu. Bukan tidak mungkin karena sifat hegemoni dari masing- masing kerajaan, akan menampilkan perseteruan dan perebutan wilayah kala itu.

Dalam penelaahan sejarah Minangkabau, jika dipakai Majapahit Centris, maka kita akan menemukan tokoh Dara Jingga, Dara Petak, Adityawarman, Gadjah Mada, Dewa Tuhan Perpatih dan seterusnya.

Jika memakai Sriwijaya Centris kita akan menemukan Bukit Siguntang Mahameru, Dapunta Hyang, Sang Sapurbna.

Jika memakai Jambi Centris kita akan menemukan Tribhuana Mauli Marwadewa, Pinang Masak, demikian seterusnya.

Sama halnya dengan Tambo Centris – yang dianggap sebagai sejarah minangkabau kuno – kita akan bertemu dengan Datuak Katumanggungan, Datuak Parpatiah Nan Sabatang. Kekacauan akan terjadi jika kita mulai menghubungkan tokoh tokoh sentral yang disebut dalam Tambo itu, sehingga berupaya memaksakan sebuah konklusi tarikh, tokoh, ranji, silsilah dan kronologis, dan lain sebagainya. Contoh paling aktual adalah munculnya ranji tambo sbb: http://id.wikipedia.org/wiki/Tambo_Minangkabau. Kira-kira metode analisa sejarah terpusat ini akan mirip dengan metode utak atik gathuk yang biasa dipakai orang Jawa.

Analisa Sejarah Tersebar

Konsep kedua ini , berusaha keluar dari kerangkeng sentris-sentris diatas. Ide utamanya adalah menginventarisir jejak-jejak sejarah yang bisa didapat dengan ilmu antropologi atau seni budaya. Banyak aspek yang bisa diteliti. Saudara Zulfadli yang bukan dari kalangan sejarah ini, mencoba menelaah kepada fokus masing-masing, diantaranya :

- System kekerabatan : system matrilineal, suku, masalah harta

- Konsep ketatanegaraan / keselarasan : Bodi chaniago koto piliang (yg mirip sparta-athena),

- Konsep kepemimpinan : datuk dan penghulu

- Hasil budaya : ukiran, silat minang, randai, dll. .

Mungkin banyak kesimpulan lain yang dapat ditelaah, kesimpulan sementara diatas dilakukan sebagai upaya mencari jejak-jejak dari masing-masing aspek yang diteliti oleh Sdr. Zulfadli dari dunia luar (diluar Minangkabau).

Sdr. Zulfadli menyatakan bahwa ; “ia tidak percaya dengan konsep turun dari Gunung Marapi”, namun ia tetap mempertanyakan, kenapa koncep itu ada. Sama halnya soal percayanya ia terhadap keturunan Iskandar Zulkarnain dan akhirnya ia membuat pertanyaan kenapa ada Iskandar Zulkarnain.

Baginya ia menebar pertanyaan-pertanyaan liar, dalam Penganalisaan Sejarah Terpusat dan Sejarah Tersebar Sebagai Upaya Merajut Sejarah Keminangkabauan itu .
Kenapa Gunung Marapi? Kenapa bukan Gunung Kerinci, Gunung Ledang, Bukit Siguntang, Gunung Mahameru atau Gunung Semeru
Apakah telong nan batali itu ameh urai? emas yang mengalir di sungai-sungai Sumatera Tengah)
Kenapa Harimau Campa? Kenapa bukan Laksamana ChengHo atau Shih Huang Ti
Kenapa Iskandar Zulkarnain? Kenapa bukan Darius Agung, Nero atau Plato
Kenapa Nagari? Kenapa bukan kerajaan
Kenapa Triumvirat (Rajo Tigo Selo)? Kenapa bukan raja diraja
Kenapa Matrilineal?

Masing-masing pertanyaan berkembang menjadi penelitian-penelitian kecil yang melintasi zaman dan geografis, ia menghasilkan tarikh dan juga sebaran wilayah, dan setelah itu masing-masingnya kait-berkait secara otomatis.

Dari kisah yang tersebut dalam Tambo, kita mengenal :
Unsur India, yaitu : Cateri Bilang Pandai, Maharaja Diraja dan Indo Jalito.
Unsur Yunani, yaitu : Iskandar Zulkarnain.
Unsur Champa (Kamboja), yaitu : Harimau Champa

Dari ketiga migrasi kebudayaan ini, unsur India dan Yunasi menghasilkan Hellenisme, Seni Budha Yunani, Kebudayaan Gandhara, Ukiran Gandhara, dll. Sementara pengaruh unsure India dan Champa menghasilkan System kekerabatan Matrilineal. Pada system kemasyarakatan yang berasal dari pengaruh India dan Yunai menghasilkan sistem konfederasi di Minangkabau seperti yang hidup di Champa.

Timbul pertanyaan kita bagaimana keberadaan dua orang Datuk Minangkabau itu menurut versi Tambo dan Sejarah ?


Yang dapat kita simpulkan dari penelusuran tambo dan sejarah adalah :

1. Datuak Katumanggungan seorang anak raja (keturunan bangsawan dari kedua ibu dan bapaknya), sementara Datuak Parpatiah Nan Sabatang keturunan dari ibunya seorang bangsawan.

Siapakah yang menjadi orang tua dari kedua Datuk yang menletakkan sendi adat di Minangkabau itu ?

Dengan pola Analisa Sejarah Terpusat kita akan menemukan banyak sekali ragam pencocokan dengan centris-centris yang kita pilih, namun resikonya adalah benturan-benturan ketika menyusun konklusinya. Salah satu hasil konklusinya adalah mengkaitkan Majapahit Centris dengan Pagaruyung Centris.

2. Dalam penganalisaan Sejarah Tersebar, ditemukan hal-hal sebagai berikut:

a. Datuk Katumanggungan, adalah konseptor dan sekaligus pewaris dari sistem ketatanegaraan aristokratis yang mirip dengan konsepsi negara versi Sparta. Hal ini terinspirasi oleh nilai-nilai Hindu, cendrung kastaisme, suka dengan aturan-aturan yang tegas, setuju dengan konsep kerajaan.

b. Datuk Parpatiah Nan Sabatang, adalah konseptor dan sekaligus pewaris dari sistem ketatanegaraan demokratis yang mirip dengan konsepsi negara versi Athena, terinspirasi dengan ajaran Buddha (lihat filosofi motif Daun Bodi dan Teratai), lebih egaliter, suka dengan filsofi-filosofi, setuju dengan konsep federasi.

c. Indra Jalita melambangkan orang yang bangsawan sekaligus ilmuwan.

d. Cateri Bilang Pandai berkasta ksatria dan berprofesi seniman ulung di bidang seni rupa (ukiran, pahatan, lukisan)

e. Harimau Champa datang dari Champa yang juga menganut sistem nagari dan matrilineal.

Begitulah mozaik-mozaik yang ditemukan oleh Sdr. Zulfadli itu. Ia tidak terobsesi dengan siapa tokoh-tokoh ( yang disebutkan dalam tambo) secara nyata, karena akan menabrak fakta-fakta yang kita temui tentang atribut-atribut mereka.

Beberapa kesimpulan yang bisa kita ambil untuk saat ini adalah:
Nenek moyang Minangkabau berasal dari Tanah Basa India
Nenek moyang Minangkabau itu mengetahui tentang Iskandar Zulkarnain
Mereka membawa hasil Seni Budaya Hellenisme
Mereka berasal dari golongan yang berbeda-beda (Hindu, Buddha, dll)
Mereka terpelajar dan punya konsep ketatanegaraan yang dibawa ke Minangkabau (dalam tambo disebut warisan Kitab Undang yang diwarisi oleh Sultan Maharaja Diraja)
Mereka menganut System kekerabatan Matrilineal yang jejaknya bisa ditemukan di Kerala, Karnataka (keduanya di India), Muangthai dan Champa.
Dalam migrasi ke wilayah baru (Andalas) , mereka membawa orang yang setia dengan nama nama : Kambing Hutan, Kucing Siam dan Harimau Champa yang berasal dari 3 wilayah tadi)

Kapankah migrasi pertama manusia yang kemudian di kenal Minangkabau itu ?. Kedatangan mereka ke tanah Andalas itu yang dikatakan sebagai telong nan batali itu ameh urai, tidak dapat di perkirakan. . Akan tetapi Sdr. Zulfadli dapat mempredidksi tentang rentang waktu untuk kedatangan dan migrasi ke wilayah ini, yaitu antara di awal abad pertama Masehi hingga berdirinya kerajaan Kandis (Melayu Tua).

Sehubungan dengan pertanyaan atas literatur Koto Alang, yang menyebutkan bahwa Dua orang Datuk itu adalah warga Kerajaan Kandis dan Koto Alang, bagi Sdr Zulfadli cukup masuk akal secara tarikh, dan lebih logis ketimbang dikaitkan ke zaman Pamalayu, Singasari dan Majapahit.

Bagaimana jika ada yang berpendapat bahwa Adityawarman dianggap pendiri Pagaruyung ?

Masalah ini memang agak sedikit ganjil, jika dihubungkan dengan cerita Bundo Kanduang yang menjadi Raja Perempuan di Pagaruyung yang berkonflik dengan Negeri Sungai Ngiang.

Negeri Sungai Ngiang adalah Singingi di daerah Kuantan. Kerajaan Singingi ini masih sezaman dengan Kerajaan Kandis (sekitar abad 8 M).

Dalam kaba “ Cindua Mato” - telah berdiri kelengkapan pemerintahan, berupa Basa Ampek Balai yang anggotanya adalah beberapa unsur dari Langgam Nan Tujuah, artinya Lareh Koto Piliang telah berdiri. Padahal Gajah Tongga Koto Piliang, mengaku telah ada sebelum Pagaruyung ada.

Kesimpulannya. Latar cerita Cindua Mato adalah konflik antar kerajaan hulu dan hilir Batang Kuantan (Inderagiri) yang sezaman dengan Kandis (abad 8 M). Artinya Dua orang Datuk sebagai pendiri tatanan adat Minangkabau telah ada jauh sebelum masa konflik yang dikisahkan dalam kaba “ Cindua Mato “ itu.

Akhirnya benar atau tidaknya berdasarkan Penganalisaan Sejarah Terpusat dan Sejarah Tersebar Sebagai Upaya Merajut Sejarah Keminangkabauan kita kembalikan kepada ahlinya. Dengan demikian upaya mengeliminir mythos mythos yang ada diseputar Tambo dapat dilakukan dengan merangkai mythos itu sebagai fakta sejarah Minangkabau.

Sumber : http://bundokanduang.wordpress.com



0 komentar:

Posting Komentar